Penyakit diabetes seringkali dikaitkan dengan resiko gangguan penyakit ginjal dan masalah kardiovaskular (suatu sistem organ yang
memiliki fungsi sebagai pemindah zat dari dan ke sel dalam suatu jaringan tubuh), kerusakan pada syaraf, bahkan
diabetes dapat menyebabkan berkurangnya
penglihatan.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Jepang,
menemukan bahwa bagi penderita diabetes memiliki resiko dua kali lebih tinggi terhadap gangguan pendengaran
atau tuli, dibandingkan dengan jenis penyakit-penyakit yang berpenyerta
tersebut.
Disalah satu ulasan terhadap mengenai
hasil penelitian terdahulu mengenai masalah ini, yang diterbitkan oleh Journal of Clinical Endocrinology and
Metabolism, para peneliti telah menemukan bahwa bagi penderita diabetes dengan golongan usia muda tenyata memiliki resiko lebih tinggi dibandingakn dengan
penderita berusia lanjut.Namun
para peneliti belum mampu menjelaskan terhadap temuannya ini melalui alasan yang tepat.
Berdasarkan hasil Penelitian yang baru-baru ini dilakukan para peneliti mengungkapkan bahwa ketulian pada penderita penyakit diabetes dibandingkan terhadap pasien yang tidak menderita penyakit diabetes,
ternyata dapat terjadi tanpa memandang golongan usia. Hasil temuan ini bukan kali pertamanya dikemukakan, pada tahun 2008 di
Amerika juga diadakan penelitian serupa. Hasilnya menunjukan bahwa penderita
penyakit diabetes memiliki resiko lebih tinggi terhadap ketulian dibandingkan
dengan seseorang yang tidak mengidap penyakit diabetes
Menurut perkiraan
dari hasil temuan tersebut dapat dikemukakan bahwa, tingginya kadar gula yang terdapat pada darah si penderita diabetes mampu memicu ketulian yang diakibatkan rusaknya pembuluh darah pada daerah telinga.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diungkapkan bahwa penyakit diabetes
dapat memicu ketulian ini tidaklah sepenuhnya merupakan gejala yang dihasilkan
oleh penyakit diabetes tersebut.
Faktor
lain yang dapat memicu ketulian ini juga bisa saja diakibatkan dari faktor
gangguang kesehatan atau jenis penyakit lain seperti depresi bahkan demensia.